Andanu Prasetyo Memajukan Industri Kopi Lokal dengan Es Kopi Susu Tetangga
TABLOIDBINTANG.COM - Sejak Jokowi mampir minum kopi di Toko Kopi Tuku, antrean untuk mendapatkan segelas es kopi susu tetangga seharga 18 ribu rupiah semakin panjang.
Agar semakin dekat dengan pelanggan, Toko Kopi Tuku memperluas cabang ke Pasar Santa dan Bintaro, Tangerang.
Semua bermula pada 2015, ketika Tyo bertekad membangun sebuah kedai kopi lokal dengan harga bersaing dan kualitas baik, dengan modal 200 juta rupiah.
“Tiga bulan pertama itu sepi banget. Karena aku menjalankan Tuku awalnya cuma dibantu dua barista dan satu roaster, aku belum memikirkan strategi pemasaran apa pun. Yang aku tahu, Tuku punya pasar potensial yaitu para tetanggaku di Cipete. Jadi aku berusaha menciptakan kopi yang sesuai dengan selera dan daya beli mereka. Jadi misalnya tren kopi menurun, aku tidak terlalu khawatir karena target pasar Tuku tidak mudah terpengaruh,” terang Tyo, yang untuk minuman kopi racikan kedai antara lain menggunakan biji kopi dari Aceh, Flores, dan Garut.
Dari mulut tetangga, kelezatan es kopi susu tetangga didengar banyak orang yang kemudian memborong sendiri atau lewat jasa ojek daring. Es kopi susu tetangga ini pula yang tahun ini memelopori demam es kopi susu dengan harga sama murahnya.
Tyo, yang juga pemilik kafe Toodz House di Cipete Raya, justru senang melihat bisnis kedai kopi menjamur. “Semakin banyak kedai lokal justru membantu perkembangan industri kopi itu sendiri,” ungkap dia.
Dalam bincang-bincang “Coffee Trends through the Years” di Jakarta Culinary Feastival, Nino Fernandez (33) yang memiliki kedai kopi Di Bawah Tangga mengatakan banyak belajar dari Tyo.
“Saya kenal Tyo dari 3 tahun yang lalu dan belajar banyak darinya. Saya suka banget sama kopi Tuku dan ketika jalan di mal, mencari kopi seperti buatan Tyo itu enggak ada. Akhirnya saya bikin Di Bawah Tangga, yang punya misi yang sama dengan Tuku, memajukan industri kopi lokal Indonesia,” terang Nino.
(ages / gur)